Wednesday, September 2, 2009

Tanda Kebahagiaan


Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan itu ada 3 perkara. 3 perkara tersebut adalah bersyukur ketika mendapat nikmat, bersabar ketika menerima dugaan dan bertaubat ketika melakukan kesalahan. Beliau mengatakan: sesungguhnya 3 perkara ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda keistimewaan di dunia dan di akhirat. Seorang hamba sama sekali tidak akan dapat lepas dari 3 perkara tersebut:


1. Syukur ketika mendapatkan nikmat

Seorang manusia selalu berada dalam nikmat-nikmat Allah. Meskipun demikian, ternyata hanya orang berimanlah yang menyedari adanya nikmat-nikmat tersebut dan merasa bahagia dengannya. Kerana hanya mereka yang mensyukuri nikmat, mengakui adanya nikmat dan menyanjung Zat yang menganugerahkannya. Syukur terbina berdasarkan 5 prinsip utama:
  • Ketundukan orang yang bersyukur terhadap yang memberi nikmat
  • Rasa cinta terhadap yang memberi nikmat
  • Mengakui adanya nikmat yang diberikan.
  • Memuji orang yang memberi nikmat karena nikmat yang dia berikan.
  • Tidak menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang tidak disukai oleh yang memberi nikmat.

Siapa saja yang menjalankan lima prinsip di atas akan merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika lima prinsip di atas tidak dilaksanakan dengan sempurna maka akan menyebabkan kesengsaraan selamanya.


2. Sabar ketika menerima dugaan

Dalam hidup ini ada nikmat yang harus disyukuri,selain berbagai ujian dari Allah dan kita wajib bersabar ketika menghadapinya. Ada tiga rukun sabar yang harus dipenuhi supaya kita mampu disebut sebagai orang yang benar-benar bersabar.

  • Menahan hati untuk tidak merasa marah terhadap ketentuan Allah.

  • Menahan lisan untuk tidak mengadu kepada makhluk.

  • Menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak di benarkan ketika terjadi musibah, seperti menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.

Inilah tiga rukun kesabaran, jika kita mampu melaksanakannya dengan baik maka dugaan akan berubah menjadi sebuah kenikmatan.


3. Bertaubat ketika melakukan kesalahan.

Jika Allah menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dan kebaikan di dunia dan akhirat, maka Allah akan memberikan taufik kepada dirinya untuk bertaubat, merendahkan diri di hadapan-Nya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah yang mampu untuk dilaksanakan. Oleh itu, ada seorang ulama salaf mengatakan:

"Ada seorang yang berbuat maksiat tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga orang yang berbuat kebaikan namun menjadi sebab masuk neraka."

Banyak orang bertanya kepada beliau, bagaimana hal tersebut boleh terjadi?, lantas beliau menjelaskan:

"Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa tersebut selalu terbayang dalam benaknya. Dia selalu menangis, menyesal dan malu kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Hatinya selalu sedih kerana memikirkan dosa-dosa tersebut. Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan kebaikan. Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai bentuk ketaatan, Kerana dosa tersebut menimbulkan berbagai hal yang menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan, akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut di hadapan Allah. Orang tersebut akhirnya menjadi sombong dan mengagumi dirinya sendiri disebabkan kebaikan yang dilakukan. Orang tersebut selalu mengatakan 'saya sudah berbuat demikian dan demikian'. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan menyebabkan timbulnya 'ujub, sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal ini merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba. Jika Allah masih menginginkan kebaikan orang tersebut, maka Allah akan memberikan cubaan kepada orang tersebut untuk menghilangkan kesombongan yang ada pada dirinya. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, maka Allah biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan 'ujub. Jika ini terjadi, maka kehancuran sudah berada di hadapan mata."

Al Hasan al-Bashri mengatakan,

"Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka sedarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu."


Malik bin Dinar mengatakan, "Tidak ada kelazatan selazat mengingat Allah."


Ada ulama salaf yang mengatakan, "Pada malam hari orang-orang gemar solat malam itu merasakan kelazatan yang lebih daripada kelazatan yang dirasakan oleh orang yang bergeliumang dalam hal yang sia-sia. Seandainya bukan kerana adanya waktu malam tentu aku tidak ingin hidup lebih lama di dunia ini."


Ulama' salaf yang lain mengatakan, "Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa solat malam selama setahun lamanya dan aku mampu melihat usahaku ini iaitu mudah bangun malam selama 20 tahun lamanya."


Ulama salaf yang lain mengatakan, "Sejak 40 tahun lamanya aku merasakan tidak ada yang mengganggu perasaanku melainkan berakhirnya waktu malam dengan terbitnya fajar."


Ibrahim bin Adham mengatakan, "Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli kami dengan pedang." Ada ulama salaf yang lain mengatakan, "Pada suatu waktu pernah terlintas dalam hatiku, sesungguhnya jika penghuni syurga sepertil yang kurasakan saat ini tentu mereka dalam kehidupan yang menyenangkan."


Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, "Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: 'Sesungguhnya dalam dunia ini ada syurga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki syurga diakhirat kelak.'" Wallahu a'laam.


(Diterjemahkan dengan bebas dari As Sa'adah, Haqiqatuha shuwaruha wa asbabu tah-shiliha, cet. Dar. Al Wathan)


(Makalah Studi Islam Intensif 2005)


***


Disusun oleh: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar


Artikel www.muslim.or.id


0 comments: